Air Terjun Kali Pineleng | jalan jalan ke sulawesi utara

https://visitsulut.blogspot.com/2011/10/air-terjun.html
Air Terjun Kali Pineleng
Salah satu objek wisata yang sempat saya singgahi saat berlibur di Manadoadalah air terjun Kali. Terletak di desa Kali, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Lokasinya tidaklah jauh dari kota Manado. Dan mudah dijangkau dengan angkutan umum. Kita bisa kesana menggunakan anggutan umum dari Pasar Pinasungkulan yang dikenal juga dengan nama terminal Karombasan. Tinggal tanya aja disitu angkutan untuk ke air terjun Kali.Perjalanan dari Terminal Karombasan ke desa Kali ini cukup singkat, tidak sampai 1 jam. Angkutan umum ini melintasi pedesaan, dimana salah satu mata pencaharian penduduknya adalah membuat kopra. Tak jarang angkutan umum yang kita tumpangi disesaki berkarung-karung kopra. Ada hal yang menyenangkan di saat melintasi pedesaan ini, yaitu kehangatan warganya, mereka begitu ramah, sepertinya sopir angkutan umum ini mengenal semua warga desa, jadi saat berpapasan dengan warga, mereka pun saling bertegur sapa. Bahkan sesekali sopir sengaja menghentikan mobilnya untuk mengobrol dengan salah seorang warga di yang sedang berada di pinggir jalan. Betul-betul suasana yang sulit saya temukan di Jakarta.
Dalam perjalanan menuju ke lokasi objek wisata yang satu ini kita akan melewati persimpangan jalan menuju ke makam salah satu pahlawan nasional yang saat ini bisa kita lihat gambaran wajahnya di lembaran uang Rp. 5000,- (lima ribu rupiah), Tuanku Imam Bonjol, tokoh yang memimpin Perang Paderi di Minangkabau antara tahun 1821 hingga 1837. Setelah tertangkap, akhirnya beliau diasingkan ke Pineleng hingga akhirnya wafat pada tanggal 6 November 1864.
Tempat pemberhentian angkutan umum yang kita tumpangi itu tepat di depan gerbang objek wisata Air Terjun Kali. Dari situ kita harus jalan kaki menyusuri jalan setapak yang terbuat dari beton, berhati-hatilah, karena agak sedikit licin akibat ditumbuhi lumut. Di sekeliling kita disuguhi warna hijau dimana-mana. Penuh dedaunan.

Dan bila kita menoleh ke belakang, akan disuguhi pemandangan lautan yang tenang, di kejauhan sana tampak Manado Tua dan Bunaken. Sesekali kalau beruntung kita bisa melihat burung dengan warna bulu yang indah bertengger di salah satu dahan pohon. Sepanjang perjalanan, kita akan melewati beberapa pos peristirahatan yang kondisinya sudah cukup memprihatinkan, sudah rusak, banyak coretan disana-sini. Jalan kaki menuju lokasi air terjun ini ternyata memakan waktu lebih lama dibandingkan perjalanan naik angkutan umum dari terminal Karombasan ke gerbang objek wisata ini, hehehehe….jadi minimal bawalah air mineral buat jaga-jaga kalau haus di tengah jalan.
Untuk bisa melihat dan menikmati sesuatu yang indah itu perlu perjuangan. Dan dengan perjuangan itu makin terasa indah semuanya. Benar saja, setelah berjalan jauh menyusuri jalan setapak, langkah demi langkah, akhirnya mulai terdengar derasnya air mengalir dari ketinggian, dan akhirnya takjub melihat air terjun itu. Air terjun Kali memang cantik. Derasnya air itu menjadikan air tampak berwarna putih, di dengan dikelilingi hijaunya tetumbuhan di tebingnya. Kelelahan langsung terbayar lunas oleh indahnya pemandangan ini ditambah segarnya butiran air yang membasahi kulit.

Ada sebuah jembatan kecil untuk menyeberangi aliran sungainya. Tapi karena air tejunnya terlalu deras, jadi saat melintasi jembatan ini pun kita bisa basah kuyup. Ini juga yang cukup menyulitkan untuk mengabadikan pemandangan air terjun nan cantik ini. Jadi disarankan untuk membawa kamera waterproof sehingga bisa berfoto ria dengan leluasa. Di jembatan ini pun harus tetap berhati-hati, karena jembatannya licin, dipenuhi lumut.

Hari makin sore, dan langit pun tampak mendung. Karena tidak ingin kehujanan, kemalaman, ditambah kehabisan angkutan umum, maka kegiatan menikmati indahnya air terjun pun harus disudahi.
Air Terjun Tinoor
Namun untuk masuk kelokasinya tak seperti yang aku bayangkan sebelumnya. Meskipun awalnya dibeberapa trek jalan setapak tersebut sudah mendapat sentuhan jalan beton, khususnya di jalan-jalan yang menanjak telah dibuat tangga-tangga, namun itu hanya sampai di lokasi camping groundnya saja. Ketika saya kesana ada beberapa orang yang memasang tenda di lokasi tersebut. Gemercik air terjun ternyata belum terdengar dari tempat ini, jika saya tidak menemukan orang di situ untuk bertanya, mungkin saya tidak mengetahui lokasi air terjunnya. Sebab, untuk masuk ke lokasinya ada sebuah jalan turun ke bawah yang tak tampak seperti jalan, tertutup diantara pepohonan yang lebat.
Treknya cukup berbahaya, karena kita seperti menuruni jurang yang terjal diantara bebatuan yang licin oleh air. Jika tidak berhati-hati kita bisa jatuh ke jurang. Beberapa meter kami telah turun kebawah, namun kami belum melihat air terjun tersebut. Kemiringan saya perkirakan sekitar 75 - 85 derajat, melewati celah-celah akar pohon. Setelah beberapa saat kemudian, kami sudah mulai mendengar gemuruh air, tak sabar rasanya untuk segera sampai. Namun masih ada beberapa rintangan yang harus kami lewati. Karena masih harus melewati tebing batu yang sangat licin dan curam, dengan rambatan akar-akar pohon yang nampaknya tidak terlalu kuat.
Sesampai di bawah,tak kusia-siakan untuk segera mengguyur tubuhku yang semula bermandikan keringat dengan mandi air terjun tersebut. Namun nampaknya setelah dibawah tak hanya ada satu aliran air terjun, ada beberapa yang saling berdekatan. Sungguh luar biasa indahnya. Tempat tersebut begitu sunyi karena jauh tersembunyi dalam sebuah jurang yang terjal dan dalam. Mungkin hanya beberapa orang nekat saja seperti saya, yang penasaran dengan lokasi ini yang mau mengunjungi tempat seperti ini.
sumber : http://allv14nt.blogspot.com/2010/03/air-terjun-tinoor.html